Apa itu Statistik Pengendalian Kualitas (Statistic Quality Control) dalam Manajemen Mutu?

Mahasiswa Rajin
0


Pengertian

Kualitas dan manajemen kualitas telah mengalami evolusi menjadi TQM (Total Quality Management), filosofi TQM berisi dua komponen yang saling berhubungan, yaitu sistem manajemen dan sistem teknik (Krumwiede Seu, 1996).

Sistem manajemen berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengelolaan proses sumber daya manusia yang berkaitan dengan kualitas produk atau jasa.

Sistem teknik melibatkan penjaminan kualitas dalam desain produk, perencanaan dan desain proses dan pengendalian bahan baku, produk dalam proses dan produk jadi.

Statistic Quality Control (SQC) atau statistik pengendalian kualitas merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola dan memperbaiki produk dan proses menggunakan metode-metode statistik. SQC sering disebut sebagai statistik pengendalian proses (Statistical Process Control/SPC). SQC dan SPC memang merupakan dua istilah yang saling dipertukarkan, yang apabila dilakukan bersama-sama maka pengguna akan melihat gambaran kinerja proses masa kini dan masa mendatang (Cawley dan Harrold, 1999). 

Sementara itu, menurut Mayelett (1994), SQC mempunyai cakupan yang lebih luas karena didalamnya terdapat SPC, pengendalian produk (acceptance sampling) dan analisis kemampuan proses (capability process).

Konsep terpenting dalam pengendalian kualitas statistik adalah Variabilitas, yaitu:

  1. Variabilitas antar sampel (misalnya rata-rata atau nilai tengah)
  2. Variabilitas dalam sampel (misalnya range atau standar deviasi)

Selanjutnya, penyelesaian masalah dalam statistik mencakup dua hal, antara lain:

  1. Melebihi batas pengendalian, jika proses dalam kondisi di luar kendali
  2. Tidak melebihi batas pengendalian, jika proses dalam kondisi kendali

Secara statistik, kedua hal tersebut digolongkan menjadi kesalahan tipe I dan kesalahan tipe II.

  1. Kesalahan Tipe I, berarti Resiko Produsen (menolak produk baik)/α, hal ini karena kebetulan yang diambil sebagai sampel adalah produk cacat, padahal produk yang tidak diambil sebagai sampel adalah produk yang baik. Tetapi karena sampel tersebut ditolak berarti seluruh produk yang diproduksi pada waktu itu ditolak.
  2. Kesalahan Tipe II atau Resiko Konsumen (menerima produk cacat)/β adalah resiko yang dialami konsumen karena menerima produk yang cacat. Hal ini karena secara kebetulan yang diambil sebagai sampel adalah produk baik, padahal produk yang tidak diambil adalah produk cacat.

Prosedur pengendalian statistik umumnya dirancang untuk meminimalkan kesalahan tipe I.

Kesalahan tipe I dan tipe II ini digambarkan dengan kurva karakteristik operasi (operating characteristic curve). Kurva ini menunjukkan probabilitas penerimaan sebagai fungsi dari berbagai tingkatan kualitas. Kesalahan tipe I adalah 𝟏 − 𝒑𝒓𝒐𝒃𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒏𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒂𝒏 = 𝟏 − 𝑷𝜶 bila kualitas dapat diterima, sedangkan kesalahan tipe II adalah probabilitas penerimaan (Pα) bila kualitas dapat diterima.

Dalam sistem pengendalian mutu statistik yang mentolerir adanya kesalahan atau cacat produk kegiatan pengendalian mutu dilakukan oleh departemen pengendali mutu yang ada pada penerimaan bahan baku, selama proses dan pengujian produk akhir.

Perusahaan/organisasi dapat mengadakan inspeksi pada saat bahan baku atau penerimaan bahan baku, proses, dan produk akhir. Inspeksi tersebut dapat dilaksanakan di beberapa waktu, antara lain:

  1. Pada waktu bahan baku masih ada ditangan pemasok,
  2. Pada waktu bahan baku sampai ditangan perusahaan tersebut,
  3. Sebelum proses dimulai,
  4. Selama proses produksi berlangsung,
  5. Sebelum dikirimkan pelanggan, dsb.

Terdapat dua pilihan untuk inspeksi, yaitu:

  1. Inspeksi 100%
    Berarti perusahaan menguji semua bahan baku yang datang, seluruh produk selama masih ada dalam proses atau seluruh produk jadi yang telah dihasilkan. Kelebihannya adalah tingkat ketelitian tinggi karena seluruh produk diuji, sedangkan kelemahannya adalah seringkali produk justru rusak dalam pengujian, dan membutuhkan biaya, waktu, tenaga yang tidak sedikit.
  2. Teknik Sampling
    Yaitu menguji hanya pada produk yang diambil sebagai sampel dalam pengujian. Kelebihannya adalah lebih menghemat biaya, waktu dan tenaga, sedangkan kelemahannya adalah tingkat ketelitian rendah.

Secara garis besar SQC digolongkan menjadi dua, yaitu:
  1. Statistik Pengendalian Proses (statistical process control/SPC) atau yang sering disebut dengan control chart (bagan kendali).
  2. Rencana penerimaan sampel produk atau yang sering dikenal sebagai acceptance sampling.
Menurut Gryna (2001), terdapat beberapa langkah dalam menyusun peta pengendali proses atau control chart, yaitu:
  1. Memilih karakteristik yang akan direncanakan.
  2. Memilih jenis peta pengendali.
  3. Menentukan garis pusat (central line) yang merupakan rata-rata masa lalu atau rata- rata yang dikehendaki.
  4. Pemilihan sub kelompok.
  5. Penyediaan sistem pengumpulan data.
Pengendalian kualitas dapat dilakukan pada produk yang dihasilkan atau dikenal dengan acceptance sampling, yang merupakan proses evaluasi bagian produk dan seluruh produk yang dihasilkan untuk menerima seluruh produk yang dihasilkan tersebut. Manfaat utama sampling adalah pengurangan biaya inspeksi, sedangkan manfaat acceptance sampling, antara lain:
  1. Staf inspeksi yang lebih sedikit akan mengurangi kompleksitas inspeksi dan biaya administrasi inspeksi tersebut.
  2. Berkurangnya kerusakan produk.
  3. Sekelompok produk dapat diselesaikan dalam waktu yang pendek sehingga penjadwalan dan penyerahan dapat dilakukan secara tepat dan cepat.
  4. Masalah yang membosankan dan kesalahan pengujian yang disebabkan 100% inspeksi dapat diminimalkan.
  5. Penolakan produk yang tidak sesuai cendrung mengesankan penyimpangan kualitas dan penting bagi organisasi untuk mencari tindakan pencegahan.
  6. Desain yang pantas dalam rencana pengambilan sampel memerlukan pengkajian terhadap tingkat kualitas yang disyaratkan oleh pemakai.
Acceptance Sampling meliputi perencanaan atribut dan perencanaan variabel. Pada perencanaan atribut, sampel diambil secara random dari produk yang dihasilkan, kemudiaan masing-masing unit diklasifikasikan apakah diterima atau ditolak. Banyaknya kesalahan kemudian dibandingkan dengan banyaknya kesalahan yang diperbolehkan dalam perencanaan. Perencanaan atribut tersebut berdasarkan Acceptable Quality Level (AQL). Sedangkan pada perencanaan variabel, sampel diambil secara acak dan pengukuran karakteristik kualitas yang diharapkan dibuat untuk setiap unit. Pengukuran tersebut kemudian dirangkum ke dalam statistik sampel dan nilai observasi dibandingkan dengan nilai yang diperbolehkan dalam rencana keputusan, kemudian diambil untuk menerima atau menolak produk tersebut.
Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)